
Pagi hari Mat Jinni diketahui berada di sebuah mesjid yang biasa dikunjunginya. Ia tak mengetahui apa yang telah terjadi di rumahnya. Ia merasa semua berjalan seperti biasa. Kabar kematian salah seorang anaknya baru diterimanya.
“Bapak betul tak mendengar petir dahsyat yang membuat keluarga bapak pingsan dan sebagian rumah bapak hangus?” Cecar wartawan kepadanya.
“Ya betul. Karena sebelum tidur saya telah masuk dalam perlindungan para malaikat malam.”
“Malaikat malam?”
“Ya, betul.”
“Lalu bagaimana bapak sampai di mesjid? Jam berapa bapak keluar dari rumah?”
Mat Jinni tak tahu mengatakan apa. Para penanya menunggu. Sepertinya Mat Jinni sudah punya kunci jawaban. Tapi belum bisa mengucapkannya.
Sesudah membasahi tenggorokannya dengan beberapa teguk air minum, Mat Jinni mengatakan, “Bahwa kematian itu bulat seperti telur. Nabi Ibrahim allaihi-salam diselamatkan dari kehancuran api. Nabi Yunus hidup di dalam perut ikan. Rasullullah Muhammad sallallahu-alaihi-wassalam pergi Mikraj dengan menempuh jarak jutaan kilometer.”
Lalu Mat Jinni melanjutkan, “Makanya, tentang saya, walau saya bukan nabi, tak perlu dicari atau diperdebatkan kapan dan dengan cara apa saya terhindar dari malapetaka yang menimpa keluarga saya, karena kematian itu memang benar-benar bulat seperti telur.” (*)