
Dikatakannya, di lapangan para kilang mengeluhkan lambatnya sirkulasi beras di gudang. Demand beras lebih rendah atau tidak sesuai dengan harapan. Padahal pasokan gabah juga tidak mudah ditambah seiring dengan musim panen yang telah berakhir di wilayah Sumut.
"Dari hasil wawancara yang mendalam, kilang menilai masalah yang dihadapi saat ini terjadi karena ada distribusi beras yang meningkat dari Bulog ke masyarakat. Pihak kilang menilai bantuan beras ke masyarakat, khususnya dalam bentuk bantuan sosial yang melemahkan permintaan beras di pasar," jelasnya.
Menurutnya, kalaupun ada penambahan jumlah beras SPHP di pasar, tidak begitu dikhawatirkan petani karena sejauh ini harganya masih mampu bersaing. Petani mengkhawatirkan bansos pangan dalam bentuk beras yang akan kembali diguilirkan di awal tahun 2025.
"Karena disaat itu, musim panen padi akan dimulai pada akhir Januari hingga jelang ramadhan. Yang secara bersamaan dapat memicu tekanan harga, terlebih jika bantuan dalam bentuk beras justru bergulir.