
Ketegangan perang dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok kembali meningkat setelah AS memberlakukan tarif baru terhadap sejumlah produk impor dari Tiongkok. Meskipun Indonesia tidak terlibat langsung dalam konflik tersebut, dampaknya terhadap ekonomi nasional tidak bisa diabaikan.
Menteri Perdagangan Indonesia, Zulkifli Hasan, menyatakan bahwa pemerintah terus memantau perkembangan situasi dan melakukan langkah antisipatif untuk melindungi stabilitas ekonomi domestik. “Perang dagang ini menimbulkan ketidakpastian global, dan itu mempengaruhi ekspor kita, terutama ke negara-negara yang memiliki hubungan erat dengan Tiongkok dan AS,” ujarnya dalam konferensi pers di Jakarta.
Peluang dan Tantangan
Dampak perang dagang terhadap Indonesia bersifat ganda. Di satu sisi, permintaan terhadap barang-barang dari Tiongkok dan AS mengalami penurunan, yang membuat pelaku ekspor Indonesia bisa kehilangan sebagian pasar. Produk-produk seperti komoditas karet, kelapa sawit, dan tekstil disebut-sebut mulai mengalami penurunan permintaan.
Namun di sisi lain, perang dagang juga membuka peluang. Beberapa perusahaan asing mulai mencari negara alternatif untuk relokasi pabrik dari Tiongkok demi menghindari tarif AS. Indonesia, bersama dengan negara-negara ASEAN lainnya seperti Vietnam dan Thailand, menjadi kandidat utama karena potensi pasar dan ketersediaan tenaga kerja.