Setidaknya ayat ini mengandung empat poin penting dan patut dijadikan refleksi dalam merumuskan resolusi tahun baru.
Pertama, segala bentuk nikmat yang telah Allah anugerahkan, seyogianya dimanfaatkan menjadi sarana mendekatkan diri kepada-Nya. Bukan malah anugerah tersebut menjadikan lupa dan jauh dari-Nya.
Kedua, silakan saja banting tulang memperjuangkan kesuksesan hidup di dunia ini dan bereuforia menikmati buahnya. Senyampang itu dilakukan dalam batas-batas yang masih diperbolehkan oleh syariat Islam.
Ketiga, anjuran berbuat baik pada sesama, sebagai wujud kesyukuran kepada Allah. Nabi saw. bersabda: “Siapa saja yang tidak pandai berterima kasih pada sesama manusia, niscaya ia belum tergolong bersyukur kepada Allah.” (HR. at-Tirmidzi; atau lihat pada Misykat al-Mashabih karya al-Khatib al-Tibrizi, 3/222). Selanjutnya yang terakhir, keempat, larangan berbuat kerusakan di muka bumi ini, karena Allah membenci tindakan yang demikian.
Sejalan dengan dua poin terakhir di atas, Imam Ibnu Hajar al-‘Asqalani dalam kitabnya berjudul al-Munabbihat, mengulas pertama-tama hadis di bawah ini.
خصلتان لا شيء أفضل منهما: الإيمان بالله والنفع للمسلمين. وخصلتان لا شيء أخبث منهما: الشرك بالله
والضر بالمسلمين
Ada dua perkara yang keutamaan keduanya tak ada bandingannya, yaitu iman kepada Allah dan memberi manfaat bagi kaum muslimin. Lalu, ada pula dua perkara yang keburukannya tak ada tandingannya, yakni syirik kepada Allah dan memberi mudarat bagi kaum muslimin.