Alfatih-media.com-Secara bahasa, amanah diambil dari kata amanah, iman, aman, dan amn yang bermaka ketenangan. Diambil dari asal kata Hamzah, mim, dan nun yang memiliki arti ‘aman’, ‘tenteram’, ‘tidak merasa takut’, sebagaimana dalam Al-Mu’jam al-‘Araby al-Asasy, hlm, 109. Hakikat maknanya pun tidak dapat dipisahkan. Iman tidak akan dapat terwujud sempurna tanpa disertai amanah, begitu pula sebaliknya. Rasulullah pernah menjelaskan mengenai amanah Allah Swt. kepada hamba-Nya di dalam hadis:
لَا تَزُوْلُ قَدَمَا عَبْدٍ يَوْمَ القِيَامَةِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ أَرْبَعٍ عَنْ عُمُرِهِ فِيْمَا أَفْنَاهُ وَعَنْ جَسَدِهِ فِيْمَا أَبْلَاهُ وَعَنْ
عِلْمِهِ مَاذَا عَمِلَ فِيْهِ وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيْمَا أَنْفَقَهُ (رَوَاهُ التِّرْمِذِيِّ
Tidaklah kaki seorang hamba bergeser (dari tempat penantiannya) pada hari kiamat hingga ia ditanya tentang empat perkara: tentang umurnya untuk apa ia habiskan, tentang badannya untuk apa dia gunakan, tentang ilmunya sejauh mana ia amalkan, serta tentang harta dari mana dapatkan dan untuk apa ia belanjakan. (H.R. At-Turmudzi)
Dalam hadis ini Rasulullah mengingatkan kepada kita semua bahwa sesungguhnya ada empat perkara yang hakikatnya adalah merupakan amanah Allah Swt. yang Ia titipkan kepada setiap hamba-Nya, yaitu berupa umur, jasad, harta dan ilmu. Pada hari kiamat kelak Allah Swt. akan menanyakan dan meminta pertanggungjawaban satu persatu mengenai empat perkara tersebut di hadapan-Nya.
Syaikh Abd Al-Karim Al-Hudlairy di dalam kitabnya Syarh Kitab al-‘Ilm Li Abi Khaitsamah, (hlm, 10) memberikan penjelasan mengenai makna hadis tersebut bahwasanya setiap hamba baik laki-laki ataupun perempuan, kaya maupun miskin, pejabat maupun rakyat, semuanya pasti dimintai pertanggungjawaban kelak di hari kiamat.