Pelajaran yang Membentuk Kepribadian Nabi Muhammad

September 15, 2020 - 16:37
Foto : Ilustrasi/int
1 dari 3 halaman

Alfatih-media.com- Dalam Islam, istilah kepribadian lebih dikenal dengan al-syakhshiyahSyakhsiyah berasal dari kata syakhshy yang berarti pribadi. Kata tersebut kemudian diberi ya nisbiyah sehingga menjadi kata benda buatan, mashdar shina’iySyakhshiyah yang berarti kepribadian.

Banyak literatur Islam yang menggunakan kata syakhishiyah untuk mengambarkan dan menilai kepribadian individu. Pergeseran makna inilah yang menunjukkan bahwa kata syakhshiyah telah menjadi kesepakatan umum untuk dijadikan sebagai padanan dari personalitiy.

Jadi, kepribadian bisa diartikan sebagai totalitas sifat manusia, baik secara fisik atau psikis, yang membedakan antara manusia yang satu dengan manusia yang lainnya.

Untuk itu, kepribadian Nabi jika ditinjau dari psikologi banyak dipengaruhi oleh lingkungan sosial yang sederhana meskipun sebenarnya kakeknya Abdul Muthallib adalah seorang ketua kaum dan seorang eksportir yang terbiasa membantu banyak orang sesuai dengan kemampuannya sehingga kerja samanya menghasilkan keuntungan besar.

Seperti yang kita ketahui bersama, Nabi Muhammad Saw. adalah anak yatim yang hidup bersama keluarga ibu susuannya sampai umur 5 tahun. Lalu di umur 6 tahun ibunya meninggal sehingga beliau pun menjadi anak yatim piatu. Kemudian, beliau diasuh oleh kakeknya di umur 8 tahun. Sang kakek kemudian wafat dan meninggalkannya. 

Kondisi psikologis Nabi Muhammad Saw. yang tidak pernah diperkenalkan dengan kehidupan materilistik dari kehidupan lingkungan kakeknya adalah hal-hal yang membentuk psikologis Nabi sehingga tidak terpengaruh dengan materi di dunia. Kepribadian beliau juga terbentuk oleh berbagai perasaan, emosi, dan segala hal yang ada dalam lingkungannya.