Karomah Ustadz

August 18, 2020 - 17:28
Foto :Ilustrasi/int
3 dari 3 halaman

Ingatanku tentang Ustadz Kadir dan Ustadz Akhyar Sulaiman selalu hadir kalau aku sedang mengikuti pengajian. Beberapa ustadz ada yang kucap sebagai sudah tercemar juga akhlaknya. Mereka mengatakan, kalau-kalau mereka tidak perlu amplop kalau berceramah, tapi isi amplop itu.

Tak kalah menarik bagiku adalah walikota kami sekarang adalah seorang ustadz, lulusan IAIN, dan baru-baru ini meraih gelar doktor pula. Memang susah berharap banyak pada walikota ini, sebab sama seperti yang kuhadapi dalam mendidik Abduh, walikota juga menghadapi hal yang sama di masyarakat yang dipimpinnya. Tiap kali aku bertemu mobil walikota yang membunyikan sirine lewat di jalan raya, terbetik pula dihatiku ingin jadi walikota, bepergian dikawal dan diperhatikan semua orang. Harga mobil yang membawanya setengah milyar rupiah. Jumlah uang yang sepersepuluhnya saja tak pernah kumiliki, atau dimiliki sebagian besar warga kotaku. Jumlah penduduk miskin masih cukup banyak di kota yang hasil lautnya berlimpah ini.

Sesekali tak mengikuti pengajian ada saja sebabnya, aku membaca buku-buku agama milik Atokku yang masih ada di lemari dapur. Warnanya pun sudah kekuning-kuningan. Oh, ya mengapa kami dulu pindah ke Tanjungbalai, tidak memilih kota lain, sebab asal ayahku pun dulu di Tanjungbalai. Kubaca buku-buku atok dengan saksama. Istriku juga kadang kadang ikut membacanya, dan banyak pengetahuan kami peroleh dari bacaan kami.

Aku mulai suka lama sedikit ratib sesudah salat wajib. Mulai juga aku melaksankan salat sunnah, baik sebelum maupun sesudah salat wajib. Al-Quran juga mulai selalu kubaca lengkap dengan terjemahannya. Syukur istriku tidak banyak protes dengan amalan yang mulai kukerjakan yang mengurangi waktuku bersamanya. Selain Abduh yang sudah menjelang dewasa, kini kami juga sudah mempunyai sepasang anak kembar yang masih berusia empat tahun.

Bersambung....