Ayah (bagian 2)

July 15, 2020 - 16:31
Foto : Ilustrasi seorang ayah dan anaknya/int
3 dari 3 halaman

“Asal kita berada di jalan yang lurus, mati ternyata enak dan menyenangkan.  Ayah telah mengelupas semua rasa takut akan kematian yang selama ini membuat aku naif dan jauh dari realitas. Siapa tak takut kalau dikatakan seringan-ringan rasa sakratul maut, seperti rasa kambing dikuliti hidup-hidup. Ternyata malaikat dengan lembut mengambil nyawa ayah dari ubun-ubunnya. Tidak dari ujung kaki. Ini karena ayah memilih jalan yang lurus dalam hidupnya.” Rapalan Fairy menghidupkan semangatnya.

“Fairy Nathassa Lovely...Fairy Molena Svetloka...Fairy Zairi Hamdani Rahmadini..”

Begitu jelas kalimat panggilan dan terikan ayahnya waktu itu ketika Fairy dicari-cari ayahnya. Tiga nama yang pernah disematkan Hamdan pada Fairy yang kulitnya sehalus salju ini. Namun tubuh ringkihnya sejak remaja tak sanggup membawa nama itu dipundaknya. Telalu berat.

Waktu itu sejak siang sepulang dari psikiater, Fairy merenung di tepi sungai. Sebagaimana yang ditakutkan Hamdan sekaligus Fairy sendiri, kalau-kalau putri kesayangannya ini nekad melemparkan tubuhnya ke arus sungai deras berbatu itu. (selesai)

*Nevatuhella. Lahir di Medan, 1961. Alumnus Teknik Kimia Universitas Sumatera Utara. Buku ceritanya yang telah terbit Perjuangan Menuju Langit (2016) dan Bersampan ke Hulu (2018) serta satu buku puisi Bila Khamsin Berhembus (2019).